Search

Minggu, 11 Oktober 2009

Urine Sapi Bisa Jadi Pestisida Alternatif

AIR kencing (urine) sapi ternyata bisa jadi obat pembasmi hama. Kebanyakan petani, mungkin aneh mendengarnya. Apalagi, urine sapi yang bau pesing itu setahu mereka bisa membuat layu tanaman.
Namun, dalam final lomba kreasi dan inovasi 2007 di Pemkab Klaten, Kamis (16/8) lalu, wacana terlontar tentang kemungkinan memakai urine sapi sebagai pengganti pestisida.
Dilatarbelakangi maraknya penggunaan pestisida modern yang memiliki kandungan zat kimia 100 persen dan bahan nonorganik, tiga guru SMKN I Trucuk yakni Haryono, Nanik Wulandari, dan Sumadi memutar otak.
Menurut mereka, penggunaan pestisida kimia secara terus-menerus bagi tanaman bukan saja akan mengancam kesehatan manusia, tetapi juga bisa mengakibatkan pergeseran ekosistem dalam jangka panjang.
Organisme yang mestinya bisa bermanfaat bagi tanaman, terutama dalam penyerbukan, bisa ikut mati bersama hama tanaman. Sebab, pestisida kimia umumnya mengandung logam berat berkadar tinggi.
''Residu pestisida pada tataran yang tidak rasional akan menyebabkan buah dan sayuran tercemar,'' ujar Haryono, bersemangat, di hadapan tim juri yang diketuai Dr Esti Ismawati dari Universitas Widya Dharma.
Dia memaparkan keunggulan pestisida organik urine sapi. Sejak ditemukan dua bulan lalu, dia sudah menguji coba temuan itu di Kecamatan Wedi, Cawas, dan Trucuk.
Hasilnya, hama jenis wereng pada padi, trap pada kacang panjang, dan belalang, menyingkir atau mati. Selain itu, kandungan nitrogen urine sapi mencapai 2,7 persen. Artinya, ia bisa dijadikan pupuk.
Bau Cepat Hilang
Murahkah biaya pembuatannya? Haryono mengatakan hanya diperlukan drum plastik, kayu pengaduk, tabung, dan alat penumbuk bahan yang semuanya ada di sekitar kita.
Untuk mendapatkan pestisida bagi 500 meter persegi lahan, hanya diperlukan 60 liter urine sapi, 100 liter air, satu kilogram temulawak, daun lamtoro, kencur, tetes tebu, dan jahe.
Semua bahan itu ditumbuk halus dan dicampukan dalam air dan urine sapi. Setelah itu ditutup dalam drum selama 21 hari, agar terjadi fragmentasi. Setelah 21 hari. pestisida siap digunakan.
''Apa tidak malah membuat konsumen lari karena tak tahan baunya?,'' tanya Prof Sumitro Padmowiyono dari UGM. Ditanya begitu, Haryono meyakinkan tidak ada efek bau, sebab bau akan hilang beberapa hari setelah hama mati.
Lomba itu juga diikuti sembilan inovasi lain, seperti briket dari serbuk kayu karya Sutaryono, serbuk kayu untuk kerajinan karya Arif Isnan, modifikasi kompor minyak karya Jamaludin, mesin efisien BBM karya Joko Istiyanto.
Juga kerajinan dari limbah telur puyuh dan kayu hasil karya Tri Raharjo serta alat permainan dari limbah kayu karya Drs Suyudi. (Achmad Hussain-58)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar